Selamat Datang di Website Resmi PR. IPNU - IPPNU Desa Kirig

TANTANGAN SANTRI DI ERA MODERNISASI






Santri adalah seseorang yang belajar ilmu agama kepada seorang Kyai baik ia tinggal di asrama yang telah disediakan maupun tidak. Namun pada umumnya santri tinggal disebuah asrama atau yang disebut dengan pondok pesantren. Pesantren sendiri adalah bagian dari pendidikan nonformal yang lebih mengedepankan akhlaq al-karimah atau pendidikan karakter bangsa.

Inilah tantangan Pesantren yang hidup di era globalisasi dan modern. Keinginan manusia saat ini adalah terutama di Indonesia yang masih merupakan negara berkembang, yang diinginkan masyarakatnya adalah kesejahteraan. Sedangkan Pesantren tradisional yang ada ini umumnya tidak memberikan life skill kepada santri untuk kehidupan mendatang. Mungkin inilah (menurut hemat penulis) salah satu faktor minimnya minat masyarakat terhadap Pesantren.
 
Pesantren saat ini dituntut untuk mampu bersaing dengan gejolak zaman yang semakin cepat roda putarnya. Persaingan ini bukan berarti Pesantren meninggalkan ke-khas-annya, tetapi dengan prinsip yang telah diajarkan yakni “al-muhafadloh ala qodim al-shalih, wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah”, yaitu dengan tetap mempertahankan nilai-nilai baku yang baik dan mengambil langkah baru yang dinilai lebih baik.
 
Selain itu, (menurut hemat penulis) menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap output Pesantren saat ini. Bila pada awalnya alumnus dari Pesantren bisa menjadi tokoh atau kader pejuang islam yang tangguh ketika dari kepulangannya, namun saat ini kualitas santri sangat menurun drastis. Menurunnya kualitas santri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Tantangan Santri Masa Kini
 
Selain zaman telah menguji sistem pendidikan Pesantren, namun santripun sekarang ini telah diuji dengan berbagai hal yang menyebabkan menurunnya minat santri dalam belajar atau menurunnya penjiwaan dirinya sebagai santri. Tantangan-tantangan tersebut diantaranya pengaruh kuat globalisasi, westernisasi, dan paham hedonisme.
 
Pengaruh kuat globalisasi seakan menarik santri untuk mengajak ke dunia luar sana melalui berbagai media masa, media komunikasi dll. Minat santri terhadap kitab kuning khasnya kini mulai teralihkan dengan adanya TV, Internet, HP, dan situs jejaring sosial seperti facebook, twetter, messenger dll.
 
Westernisasi atau ke-barat-an (Eropa), pengaruh itu selain mulai mengakar ke seluruh pelosok negeri tetapi juga mulai merambat ke dunia santri. Pengaruh kebarat-baratan yang dinilai peradabannya lebih maju dan dengan berbagai alasan lainnya menyebabkan banyak santri lebih memilih lagu-lagu barat ketimabang sholawat atau minimal lagu dalam negeri. Selain gaya seperti itu, juga yang lebih parah lagi bila jiwa santri yang seharusnya berpanutan pada Rosul SAW sebagai panutan mutlak, namun santri saat ini mulai mengaca pada group-group (maaf) Punk, Reggae, Emo,Metal dll.
Hedonisme atau suatu paham yang mengganggap bahwa hidup di dunia ini hanya sekali maka poya-poya di dunia adalah tujuannya. Terlihat mulai muncul gaya hidup berlebih dan mulai meninggalkan unsur kesederhanaan.
Sedangkan Tanggung jawab seorang santri selain mengamalkan ilmunya untuk dirinya sendiri tetapi juga meneruskan merujuk pada misi Rosul SAW yakni, menyebarkan syiar islam (balighuu anni walau ayah), menyempurnakan akhlaq (Li utammima makarim al-akhlaq), dan bisa dijadikan panutan dalam  masyarakat (Uswah Khasanah)  setelah kepulangannya dari Pesantren. Jadi, setelah kepulangannya dari Pesantren santri harus mampu menampilkan dirinya sebagai seorang yang Shalih Ritual (hablu minallah) dan Shalih Sosial (hablu minannaas).
 
Dakwah santri sepulang dari Pondok Pesantren wajjib hukumnya, karena santri dipandang orang yang berkompeten terhadap pemahaman agama islam. Dakwah yang dilakukan setidaknya seperti apa yang telah tersurat dalam al-quran yakni bi al-hikmah, mauidhoh hasanah, dan mujadala.
Santri juga harus bisa mejelmakan diri menjadi agent of change, yakni agen dari sebuah perubahan. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan moral masyarakat melalui dakwah-dakwahnya atau melalui pengajarannya.
 
Yang terakhir adalah harus bisa dijadikan panutan dalam berbagai hal, seperti Nabi dalam Uswah Hasanah-nya. Karena secara otomatis santri menjadi warotsah al ambiya’ atau pewaris para Nabi dalam hal keilmuannya. Jadi, santri harus bisa menunjukkan akhlaknya seperti akhlak para Nabi yang membawa risalah dari Ilahii.
Share this post :

Post a Comment

Terima Kasih telah memberikan komentar pada Artikel ini.
Semoga Bermanfaat

LAZISNU UNTUK UMAT

Popular Post

 
Support : NU Pusat | IPNU IPPNU Kirig | PC. IPNU IPPNU Kudus
Copyright © 2014. IPNU-IPPNU RANTING KIRIG - All Rights Reserved
ReDesigned by Cah Koedoes Published by Syafi' el-syada
Powered by Blogger
::: Silahkan kirimkan kritik, saran, dan hasil karya kalian melalui email kami di : ipnu.ippnukirig@gmail.com ::: Info Pemasangan iklan, hubungi kami via email : ipnu.ippnukirig@gmail.com atau Via HP : 085 742 085 786 ::: Follow kami untuk mendapatkan berita terbaru :::